Jadwal solat

Wednesday, March 9, 2011

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM SARAF

Neuron adalah unit dasar sistem saraf (Gibson, 2003). Sistem saraf melakukan kontrol terhadap hampir sebagian besar aktivitas otot dan kelenjar tubuh untuk mempertahankan homeostasis. Neuron dikhususkan untuk menghasilkan sinyal listrik dan biokimia cepat. Neuron juga mengolah, memulai, mengkode dan menghantarkan perubahan-perubahan pada potensial membrannya sebagai suatu cara untuk menyalurkan pesan denga cepat melintasi panjangnya (Sherwood, 2001). Terdapat berjuta-juta neuron dalam sistem saraf. Sel saraf bervariasi dalam bentuk dan ukuran berdasarkan fungsi yang berbeda-beda (Gibson, 2003).

Sebuah neuron biasanya terdiri dari tiga bagian utama yaitu badan sel, dendrit dan akson. Nukleus dan organel-organel terdapat di badan sel, tempat berasalnya sejumlah besar neuron yang dikenal sebagai dendrit. Dendrit adalah serat pendek seperti sikat yang melekat pada bagian luar sel untuk membawa impuls ke arah badan sel. Pada sebagian besar neuron, membran plasma badan sel dan dendrit mengandung reseptor-reseptor protein untuk mengikat zat antara kimiawi dari neuron lain (Sherwood, 2001). Akson atau serat saraf adalah serat yang dilalui impuls meninggalkan badan sel untuk ditransmisikan ke sel lain. Setiap sel saraf memiliki satu akson yang mempunyai panjang bervariasi dari beberapa milimeter sampai beberapa centimeter. Satu akson sering bercabang banyak didekat ujungnya dan setiap ujung batang membentuk pembesaran seperti kancing yang merupakan bagian pengantar informasi. Setiap serat dilapisi selubung tipis disebut selubung mielin yang merupakan substansi lemak. Mielinisasi serat dimulai pada bulan keenam masa janin dan lengkap setelah lahir (Gibson, 2003).


Mielin berfungsi sebagai insulator seperti karet yang membungkus kabel listrik untuk mencegah arus bocor menembus bagian membran yang bermielin. Mielin bukan merupakan bagian dari sel saraf tetapi terdiri dari sel-sel pembentuk mielin yang terpisah yang membungkus diri mengelilingi akson. Sel-sel pembentuk mielin adalah oligodendrosit disusunan saraf pusat (otak dan korda spinalis) dan sel schwann di sistem saraf perifer (saraf yang berjalan diantara susunan saraf pusat dan berbagai bagian tubuh lainnya). Daerah serat yang tidak dilapisi mielin disebut sebagai nodus ranvier. Serat-serat bermielin menghantarkan impuls lima puluh kali lebih cepat daripada serat tidak bermielin untuk ukuran yang sama (Sherwood, 2001).
Impuls saraf adalah perubahan kimia elektrik kompleks yang berjalan disepanjang serat saraf. Di dalamnya, ion (partikel bermuatan) bergerak dari bagian dalam sebuah akson ke arah luar, dan ion lain bergerak dari luar ke dalam. Sinaps adalah titik komunikasi antara satu neuron dan neuron lain. Saat impuls tiba di sinaps, transmiter kimia dibebaskan dan merangsang sel berikutnya. Diketahui terdapat sekitar 30 transmiter, diantaranya asetilkolin, norepinefrin, dan dopamin. Setiap transmiter bekerja dengan aktivitas sistem saraf yang berbeda (Gibson, 2003).
Bagian-bagian sistem saraf adalah :
1. Sistem saraf pusat
a. Serebrum
Serebrum terdiri dari dua hemisfer dan empat lobus. Substansia grisea terdapat pada bagian luar dinding dan substansia alba menutupi dinding serebrum bagian dalam. Komposisi substansia grisea yang terbentuk dari badan-badan sel saraf memenuhi korteks serebri, nukleus dan basal ganglia. Substansi alba terdiri dari sel-sel saraf yang menghubungkan bagian-bagian otak dengan bagian yang lain. Sebagian besar hemisfer serebri (telensefalon) berisi jaringan sistem saraf pusat (SSP). Area inilah yang mengkontrol fungsi motorik tertinggi, yaitu terdapat fungsi individu dan intelegensi. Keempat lobus serebrum adalah sebagai berikut :
• Frontal, merupakan lobus terbesar yang terletak pada fossa anterior. Area ini mengontrol perilaku individu, membuat keputusan, kepribadian dan menahan diri.
• Parietal, merupakan lobus sensori. Area ini menginterpretasikan sensasi. Sensasi rasa yang tidak berpengaruh adalah bau. Lobus parietal mengatur individu mampu mengetahui posisi dan letak bagian tubuhnya.
• Temporal, berfungsi mengintegrasikan sensasi kecap, bau dan pendengaran. Ingatan jangka pendek sangat berhubungan dengan daerah ini.
• Oksipital, terletak pada lobus posterior hemisfer serebri. Bagian ini bertanggungjawab menginterpretasikan penglihatan (Smeltzer, 2002).
b. Medula spinalis
Medula spinalis bersambungan dengan medula oblongata diatas (Gibson, 2003). Panjangnya sekitar 45 cm dan menipis pada jari-jari. Medula spinalis memanjang dari foramen magnum di dasar tengkorak sampai bagian atas lumbar kedua tulang belakang, yang berakhir di dalam berkas serabut yang disebut konus medullaris. Medula spinalis dikelilingi oleh meningen, dura, aralhnoid, dan pia meter (Smeltzer, 2002).

2. Sistem saraf perifer
a. Saraf kranialis
Saraf kranialis terdiri dari 12 pasang saraf yang memiliki hubungan sentral dengan otak, yaitu saraf olfaktorius, optikus, okulomotorius, troklearis, trigeminus, abdusens, fasialis, auditorius, glosofaringeus, vagus, asesorius, hipoglosus (Gibson, 2003).
b. Saraf spinalis
Saraf spinalis terdiri dari 31 pasang yaitu 8 segmen servikal, 12 torakal, 5 lumbal, 5 sakral, dan 1 kogsigius. Sepasang saraf spinalis menginervasi satu segmen tubuh dari satu segmen medula spinalis (Gibson, 2003).

3. Sistem saraf autonom
Sistem saraf autonom terdiri dari dua bagian yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis (Gibson, 2003). Sistem saraf autonom mempunyai pengaruh dalam mempertahankan atau memulihkan homeostasis dengan cepat. Secara keseluruhan, fungsi hipotalamus adalah dalam pengawasan sistem saraf autonom. Fungsi unik sistem saraf simpatis adalah membantu proses kedaruratan. Saraf simpatis terletak pada ruas torakal dan lumbal yaitu pada susunan saraf medula spinalis. Akson-aksonnya disebut serabut preganglion, muncul melalui jalan pada semua akar saraf anterior dari ruas tulang leher (servikal) kedelapan atau tulang torakal pertama menuju ruas tulang lumbla kedua dan ketiga. Fungsi sistem saraf parasimpatis sebagai pengontrol dominan untuk kebanyakan efektor viseral dalam waktu lama (Smeltzer, 2002).

Referensi
Gibson, john. 2003. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta : EGC
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C. dan Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8. Jakarta : EGC

download selengkapnya klik disini

No comments:

Post a Comment