Jadwal solat

Friday, March 4, 2011

STROKE

A. Pengertian
• Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresi cepat, berupa defisit neurologis fokal dan atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik (Mansjoer Arif et.al, 2000).
• WHO mendefinisikan bahwa stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi susunan saraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh yang lain dari itu.
• Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Brunner dan Suddarth, 2001).
• Stroke adalah serangan otak yang terjadi secara tiba-tiba dengan akibat kematian atau kelumpuhan sebelah bagian tubuh (Sustrani, Lanny, dkk., 2003).

Berdasarkan pengertian stroke diatas, dapat disimpulkan bahwa stroke merupakan sindrom klinis yang disebabkan terganggunya suplai darah ke bagian otak.

B. Faktor resiko
Faktor resiko terjadinya stroke dibagi menjadi dua, yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan yang dapat diubah.
• Yang tidak dapat diubah : Umur, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga, riwayat TIA atau stroke, penyakit jantung koroner, fibrilasi atrium, dan heterozigot atau homozigot untuk homosisturia.
• Yang dapat diubah : hipertensi, kadar hematokrit tinggi, diabetes, merokok, penyalahgunaan obat, konsumsi alcohol, kontrasepsi oral, hematokrit meningkat, hiperurisemia, dan dislipidemia.

C. Patofisiologi

Mekanisme iskemik (non-hemoragik) terjadi karena adanya oklusi atau sumbatan di pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti.


Keadaan tersebut menyebabkan terjadinya stroke, yang disebut stroke iskemik. Sedangkan mekanisme hemoragik (perdarahan) karena pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan terjadinya stroke, yang disebut stroke hemoragik.
1. Stroke iskemik
Stroke iskemik terjadi karena tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. 80% stroke adalah stroke Iskemik. Penyumbatan dapat terjadi karena penumpukan timbunan lemak yang mengandung koleserol (plak) dalam pembuluh darah besar (ateri karotis) atau pembuluh darah sedang (arteri serebri) atau pembuluh darah kecil.
Plak menyebabkan dinding dalam arteri menebal dan kasar sehingga aliran darah tidak lancar, mirip aliran air yang terhalang oleh batu. Darah yang kental akan tertahan dan menggumpal (trombosis), sehingga alirannya menjadi semakin lambat. Akibatnya otak akan mengalami kekurangan pasokan oksigen. Jika kelambatan pasokan ini berlarut, sel-sel jaringan otak akan mati. Tidak heran ketika bangun tidur, korban stroke akan merasa sebelah badannya kesemutan. Jika berlajut akan menyebabkan kelumpuhan.
Penyumbatan aliran darah biasanya diawali dari luka kecil dalam pembuluh darah yang disebabkan oleh situasi tekanan darah tinggi, merokok atau arena konsumsi makanan tinggi kolesterol dan lemak. Seringkali daerah yang terluka kemudian tertutup oleh endapan yang kaya kolesterol (plak). Gumpalan plak inilah yang menyumbat dan mempersempit jalanya aliran darah yang berfungsi mengantar pasokan oksigen dan nutrisi yang diperlukan otak. Stroke iskemik ini dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Stroke Trombotik
Pada stroke trombotik didapati oklusi ditempat arteri serebral yang bertrombus. Trombosis merupakan bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher dan penyebab stroke yang paling sering. Arteriosclerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab utama trombosis serebral. Tanda-tanda trombosis serebral bervariasi, sakit kepala adalah awitan yang tidak umum. Beberapa pasien mengalami pusing, perubahan kognitif atau kejang dan beberapa awitan umum lainnya. Secara umum trombosis serebral tidak terjadi secara tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia atau parestesia pada setengah tubuh dapat mendahului awitan paralysis berat pada beberapa jam atau hari.
Proses aterosklerosis ditandai oleh plak berlemak pada pada lapisan intima arteria besar. Bagian intima arteria sereberal menjadi tipis dan berserabut, sedangkan sel-sel ototnya menghilang. Lamina elastika interna robek dan berjumbai, sehingga lumen pembuluh sebagian terisi oleh materi sklerotik tersebut. Plak cenderung terbentuk pada percabangan atau tempat-tempat yang melengkung. Trombi juga dikaitkan dengan tempat-tempat khusus tersebut. Pembuluh-pembuluh darah yang mempunyai resiko dalam urutan yang makin jarang adalah sebagai berikut : arteria karotis interna, vertebralis bagian atas dan basilaris bawah. Hilangnya intima akan membuat jaringan ikat terpapar. Trombosit menempel pada permukaan yang terbuka sehingga permukaan dinding pembuluh darah menjadi kasar. Trombosit akan melepasakan enzim, adenosin difosfat yang mengawali mekanisme koagulasi. Sumbatan fibrinotrombosit dapat terlepas dan membentuk emboli, atau dapat tetap tinggal di tempat dan akhirnya seluruh arteria itu akan tersumbat dengan sempurna.

2. Stroke Embolik
Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah. Penderita embolisme biasanya lebih muda dibanding dengan penderita trombosis. Kebanyakan emboli serebral berasal dari suatu trombus dalam jantung, sehingga masalah yang dihadapi sebenarnya adalah perwujudan dari penyakit jantung. Setiap bagian otak dapat mengalami embolisme, tetapi embolus biasanya akan menyumbat bagian-bagian yang sempit. Tempat yang paling sering terserang embolus sereberal adalah arteria serebral media, terutama bagian atas.

2. Stroke hemoragik
Stroke hemoragik disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi. Perdarahan intrakranial biasanya disebabkan oleh ruptura arteri serebral. Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak dan atau subaraknoid, sehingga jaringan yang terletak di dekatnya akan tergeser dan tertekan. Darah ini mengiritasi jaringan otak, sehingga mengakibatkan vasospasme pada arteria di sekitar perdarahan. Terjadinya vasospasme srebral (menyempitnya lumen pembuluh darah yang terdapat pada kranial) merupakan komplikasi yang serius dari perdarahan subarakhnoid. Mekanisme yang bertanggungjawab terjadinya spasma tidak jelas tetapi adanya vasospasme dihubungkan dengan meningkatnya jumlah darah di dalam ruang subarakhnoid dan fisura serebral, sebagaimana terlihat oleh pemindaian CT. Vasospasme menimbulkan peningkatan tahanan vaskuler, yang menghalangi aliran darah serebral dan menyebabkan iskemia otak dan infark (kematian otak). Tanda dan gejala yang ditunjukkan oleh penderita merefleksikan daerah otak yang terkena. Vasospasme sering menggambarkan adanya sakit kepala yang buruk, penurunan tingkat kesadaran (konfusi, letargik, disorientasi) atau munculnya penurunan neurologik fokal baru (afasia, hemiparesis). Vasospasme terjadi dalam hari ke-4 sampai ke-12 setelah awal perdarahan.
Menurut WHO, dalam International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problem 10th Revision, stroke hemoragik dibagi atas :
1. Perdarahan Intraserebral (PIS)
Pendarahan yang terjadi didalam jaringan otak paling umum dengan hipertensi dan aterosklerosis serebral. Stroke sering terjadi pada kelmpok usia 40 sampai 70 tahun. Pada orang yang lebih muda dari 40 tahun, perdarahan intraserebral biasanya disebabkan oleh malformasi arteri-vena, hemangioblastoma, dan trauma. Juga disebabkna oleh tipe patologi arteri tertentu, adanya tumor otak, dan penggunaan medikasi (antikoagulan oral, amfetamin, dan berbagai obat aditif).
2. Perdarahan Subaraknoid (PSA)
Pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak) dapat terjadi sebagai akibat trauma atau hipertensi. Tetapi penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisme pada area sirkulus willisi dan malformasi arteri vena kongenital pada otak. Arteri di dalam otak dapat menjadi tempat aneurisme.

D. Manifestasi klinis
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area perfusinya tidak adekuat, dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Fungsi otak yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya.
Pada strok iskemik, gejala utamanya adalah timbulnya defisit neurologis secara mendadak atau subakut, didahului gejala prodormal, terjadi pada waktu istirahat atau bangun pagi dan kesadaran biasanya tidak menurun kecuali bila embolus cukup besar. Biaasanya terjadi pada usia diatas 50 tahun.
Stroke akibat PIS mempunyai gejala prodormal yang tidak jelas, kecuali nyeri kepala karena hipertensi. Serangan seringkali siang hari, saat aktivitas atau emosi (marah). Mual dan muntah sering terdapat pada permulaan serangan. Kesadaran biasanya menurun dan cepat masuk koma. Pada penderita akibat PSA didapatkan gejala prodormal berupa nyeri kepala hebat dan akut. Kesadaran sering terganggu dan sangat bervariasi.
Berikut merupakan manifestasi klinis stroke yang umum terjadi pada penderita stroke :
a. Kehilangan motorik
Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan kehilangan kontrol volunter terhadap gerakan motorik. Karena neuron motor atas melintas, gangguan kontrol motor volunter pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada neuron motor atas pada sisi yang berlawanan dari otak. Disfungsi motor paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu bagian tubuh). Bila stroke menyerang bagian kiri otak, terjadi hemiplegia kanan. Bila yang terserang adalah bagian kanan otak, yang terjadi adalah hemiplegia kiri dan yang lebih ringan disebut hemiparesis kiri. Pasien hemiplegia maupun hemiparesis akan mengalami kesulitan melaksanakan kegiatan sehari-harinya seperti berjalan, berpakaian, makan atau mengendalikan buang air besar atau kecil. Bila kerusakan terjadi pada bagian bawah otak (cerebellum), kemampuan untuk mengkoordinasikan gerakan tubuhnya akan berkurang. Disfagia atau kesulitan untuk makan dan menelan dapat terjadi karena bagian otak yang mengendalikan otot-otot terkait mengalami kerusakan sehingga tidak berfungsi.
b. Kehilangan komunikasi
Disfungsi bahasa dan komunikasi dapat dimanifestasikan sebagai berikut :
• Disartria (kesulitan berbicara), ditunjukan dengan bicara yang sulit dimengerti (bicara pelo atau cadel) yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara.
• Disfasia atau afasia (bicara defektif atau kehilangan bicara), yang terutama ekspresif atau reseptif.
• Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya) seperti terlihat ketika penderita stroke mengambil sisir dan berusaha menyisir rambutnya.
c. Gangguan persepsi
Persepsi adalah ketidakmampuan untuk menginterpretasikan sensasi. Stroke dapat mengakibatkan :
• Disfungsi persepsi visual
Disfungsi persepsi visual terjadi karena gangguan jaras sensori primer diantara mata dan korteks visual. Homonimus hemianopsia (kehilangan setengah lapang pandang) dapat terjadi karena stroke dan mungkin sementara atau permanen. Sisi visula yang terkena berkaitan dengan sisi tubuh yang paralisis. Kepala penderita berpaling dari sisi tubuh yang sakit dan cenderung mengabaikan bahwa tempat dan ruang pada sisi tersebut, keadaan ini disebut amorfosintesis.
• Gangguan hubungan visual spasial (mendapatkan hubungan dua atau lebih objek dalam area spasial)
Sering terjadi pada pasien hemiplegia kiri. Penderita mungkin tidak dapat memakai pakaian tanpa bantuan karena ketidakmampuan untuk mencocokkan pakaian ke bagian tubuh.
• Kehilangan sensori
Kehilangan sensori dapat berupa kerusakan sentuhan ringan atau mungkin lebih berat dengan kehilangan propriosepsi (kemampuan untuk merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh) serta kesulitan dalam menginterpretasikan stimuli visual, taktil, dan auditorius.
d. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik
Bila kerusakan terjadi pada lobus frontal, mempelajari kapasitas, memori, atau fungsi intelektual kortikal yang lebih tinggi mungkin rusak. Disfungsi ini dapat ditunjukkan dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa, dan kurang motivasi yang menyebabkan penderita menghadapi masalah frustasi. Masalah psikologik lain juga umum terjadi dan dimanifestasikan oleh labilitas emosional, bermusuhan, frustasi, dendam, dan kurang kerja sama.
e. Disfungsi kandung kemih
Setelah stroke pasien mungkin mengalami inkontinensia urinarius sementara karena konfusi dan ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan.

No comments:

Post a Comment