Hemodialisis merupakan salah satu terapi dialisis untuk mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh karena ginjal tidak mampu melaksanakan fungsinya dengan baik. Hemodialisis tidak dapat menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal dan tidak mampu mengimbangi hilangnya aktivitas metabolik atau endokrin, namun bagi penderita gagal ginjal kronis hemodialisis akan mencegah kematian dan mengendalikan gejala uremia. Pasien hemodialisis harus menjalani terapi dialisis sepanjang hidupnya, biasanya 3 kali seminggu selama paling sedikit 3-4 jam per kali terapinya.
Prinsip-prinsip yang mendasari hemodialisis
Tujuan hemodialisis adalah untuk mengambil zat-zat nitrogen toksik dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan. Pada hemodialisis, aliran darah yang penuh dengan toksin dan limbah nitrogn dialihkan dari tubuh pasien ke dialiser tempat darah tersebut dibersihkan dan kemudian dikembalikan lagi ke tubuh pasien.
Sebagian besar dialiser merupakan lempengan rata atau ginjal serat artifisial berongga yang berisi ribuan tubulus selofan halus yang bekerja sebagai membran smeipermeabel. Aliran darah akan melewati aliran tersebut sementara cairan dialisat bersirkulasi di sekelilingnya. Pertukarran limbah dari darah ke dalam cairan dialisat akan terjadi melalui membran semi permeabel tubulus.
Ada tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisis yaitu difusi, osmosis, dan ultrafiltrasi. Toksin dan zat limbah di dalam darah dikeluarkan melalui proses difusi dengan cara bergerak dari darah yang memiliki konsentrasi tinggi ke rendah. Cairan dialisat tersusun dari semua elektrolit yang penting dengan konsentrasi ekstrasel yang ideal. Kadar elektrolit darah dapat dikendalikan dengan mengatur rendaman dialisat secara tepat.
Air yang berlebihan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses osmosis. Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan menciptakan gradien tekanan, dengan kata lain air bergerak dari daerah dengan tekanan yang lebih tinggi (tubuh pasien) ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialisat). Gradien ini dapat ditingkatkan dengan penambahan tekanan negatif yang dikenal sebagai ultrafiltrasi pada mesin dialisis. Tekanan negatif diterapkan sebagai kekuatan penghisap pada membran dan memfasilitasi pengeluaran air hingga tercapai isovolemia (keseimbangan cairan).
Sistem dapar (buffer system) tubuh dipertahankan dengan penambahan asetat yang akan berdifusi dari cairan dialisat ke dalam darah pasien. Darah yang sudah dibersihkan kemudian dikembalikan ke dalam tubuh melalui pembuluh vena pasien.
Pada akhir terapi dialisis, banyak zat limbah telah dikeluarkan, keseimbangan elektrolit sudah dipulihkan dan sistem dapar juga telah diperbaharui. Pada saat dialisis, pasien, dialiser, dan rendaman dialisat memerlukan pemantauan yang konstan yang mendeteksi berbagai komplikasi yang dapat terjadi misalnya emboli udara, ultrafiltrasi yang tidak adekuat atau berlebihan, perembesan darah, kontaminasi dan komplikasi terbentuknya pirau atau fistula. Ultrafiltrasi yang tidak adekuat atau berlebihan dapat mnyebabkan hipotensi, kram, atau pun muntah. Perawat dalam unit dialisis memiliki peranan yang penting dalam memantau serta memberikan dukungan kepada pasien dan dalam melaksanakan program pengkajian dan pendidikan pasien yang berkelanjutan.
Komplikasi
Meskipun hemodialisis dapat memperpanjang usia tanpa batas yang jelas, tindakan ini tidak akan mengubah perjalanan alami penyakit ginjal yang mendasari dan juga tidak akan mengembalikan seluruh fungsi ginjal. Pasien tetap akan mengalami sejumlah permasalahan dan komplikasi. Salah satu penyebab kematian adalah penyakit kardiovaskuler arteriosklerotik. Gangguan metabolisme lipid (hipertrigliseridimia) akan semakin diperberat dengan tindakan hemodialisis. gagal jantung kongestif, penyakit jantung koroner serta nyeri angina pektoris, stroke dan insufisiensi vaskuler perifer juga dapat terjadi serta membuat pasien tidak berdaya. Anemia dan rasa letih dapat menyebabkan penurunan kesehatan fisik serta mental, berkurangnya tenaga serta kemauan dan kehilangan perhatian. Ulkus lambung dan masalah gastrointestinal lainnya terjadi akibat stres fisiologik yang disebabkan oleh sakit yang kronis, obat-obatan dan berbagai masalah yang berhubungan. Gangguan metabolisme kalsium akan menimbulkan osteodistrofi renal yang menyebabkan nyeri tulang dan fraktur. Masalah lain mencakup kelebihan muatan cairan yang berhubungan dengan gagal jantung kongestif, malnutrisi, infeksi, neuropati dan pruritis.
Pasien tanpa fungsi ginjal dapat ipertahankan hidupnya selama beberapa tahun dengan tindakan hemodialisis atau peritoneal dialisis. Transplantasi ginjal yang berhhasil dengan baik akan meniadakan kebutuhan akan terapi dialisis. Komplikasi dialisis dapat mencakup hal-hal berikut :
Prinsip-prinsip yang mendasari hemodialisis
Tujuan hemodialisis adalah untuk mengambil zat-zat nitrogen toksik dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan. Pada hemodialisis, aliran darah yang penuh dengan toksin dan limbah nitrogn dialihkan dari tubuh pasien ke dialiser tempat darah tersebut dibersihkan dan kemudian dikembalikan lagi ke tubuh pasien.
Sebagian besar dialiser merupakan lempengan rata atau ginjal serat artifisial berongga yang berisi ribuan tubulus selofan halus yang bekerja sebagai membran smeipermeabel. Aliran darah akan melewati aliran tersebut sementara cairan dialisat bersirkulasi di sekelilingnya. Pertukarran limbah dari darah ke dalam cairan dialisat akan terjadi melalui membran semi permeabel tubulus.
Ada tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisis yaitu difusi, osmosis, dan ultrafiltrasi. Toksin dan zat limbah di dalam darah dikeluarkan melalui proses difusi dengan cara bergerak dari darah yang memiliki konsentrasi tinggi ke rendah. Cairan dialisat tersusun dari semua elektrolit yang penting dengan konsentrasi ekstrasel yang ideal. Kadar elektrolit darah dapat dikendalikan dengan mengatur rendaman dialisat secara tepat.
Air yang berlebihan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses osmosis. Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan menciptakan gradien tekanan, dengan kata lain air bergerak dari daerah dengan tekanan yang lebih tinggi (tubuh pasien) ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialisat). Gradien ini dapat ditingkatkan dengan penambahan tekanan negatif yang dikenal sebagai ultrafiltrasi pada mesin dialisis. Tekanan negatif diterapkan sebagai kekuatan penghisap pada membran dan memfasilitasi pengeluaran air hingga tercapai isovolemia (keseimbangan cairan).
Sistem dapar (buffer system) tubuh dipertahankan dengan penambahan asetat yang akan berdifusi dari cairan dialisat ke dalam darah pasien. Darah yang sudah dibersihkan kemudian dikembalikan ke dalam tubuh melalui pembuluh vena pasien.
Pada akhir terapi dialisis, banyak zat limbah telah dikeluarkan, keseimbangan elektrolit sudah dipulihkan dan sistem dapar juga telah diperbaharui. Pada saat dialisis, pasien, dialiser, dan rendaman dialisat memerlukan pemantauan yang konstan yang mendeteksi berbagai komplikasi yang dapat terjadi misalnya emboli udara, ultrafiltrasi yang tidak adekuat atau berlebihan, perembesan darah, kontaminasi dan komplikasi terbentuknya pirau atau fistula. Ultrafiltrasi yang tidak adekuat atau berlebihan dapat mnyebabkan hipotensi, kram, atau pun muntah. Perawat dalam unit dialisis memiliki peranan yang penting dalam memantau serta memberikan dukungan kepada pasien dan dalam melaksanakan program pengkajian dan pendidikan pasien yang berkelanjutan.
Komplikasi
Meskipun hemodialisis dapat memperpanjang usia tanpa batas yang jelas, tindakan ini tidak akan mengubah perjalanan alami penyakit ginjal yang mendasari dan juga tidak akan mengembalikan seluruh fungsi ginjal. Pasien tetap akan mengalami sejumlah permasalahan dan komplikasi. Salah satu penyebab kematian adalah penyakit kardiovaskuler arteriosklerotik. Gangguan metabolisme lipid (hipertrigliseridimia) akan semakin diperberat dengan tindakan hemodialisis. gagal jantung kongestif, penyakit jantung koroner serta nyeri angina pektoris, stroke dan insufisiensi vaskuler perifer juga dapat terjadi serta membuat pasien tidak berdaya. Anemia dan rasa letih dapat menyebabkan penurunan kesehatan fisik serta mental, berkurangnya tenaga serta kemauan dan kehilangan perhatian. Ulkus lambung dan masalah gastrointestinal lainnya terjadi akibat stres fisiologik yang disebabkan oleh sakit yang kronis, obat-obatan dan berbagai masalah yang berhubungan. Gangguan metabolisme kalsium akan menimbulkan osteodistrofi renal yang menyebabkan nyeri tulang dan fraktur. Masalah lain mencakup kelebihan muatan cairan yang berhubungan dengan gagal jantung kongestif, malnutrisi, infeksi, neuropati dan pruritis.
Pasien tanpa fungsi ginjal dapat ipertahankan hidupnya selama beberapa tahun dengan tindakan hemodialisis atau peritoneal dialisis. Transplantasi ginjal yang berhhasil dengan baik akan meniadakan kebutuhan akan terapi dialisis. Komplikasi dialisis dapat mencakup hal-hal berikut :
- Hipotensi dapat terjadi selama terapi dialisis ketika cairan dikeluarkan
- Emboli udara merupakan komplikasi yang jarang tetapi dapat saja terjadi jika udara memasuki sistem vaskuler pasien
- Nyeri dada dapat terjadi karena pCO2 menurun bersamaan dengan terjadinya sirkulasi darah di luar tubuh
- Pruritus dapat terjadi selama terapi dialisis ketika produk akhir metabolisme meninggalkan kulit
- Gangguan keseimbangan dialisis trejadi karena perpindahan cairan serebral dan muncul sebagai serangan kejang. Komplikasi ini kemungkinan terjadi lebih besar jika terdapat gejala uremia yang berat.
- Kram otot yang nyeri terjadi ketika cairan dan elektrolit cepat meninggalkan ruang ekstrasel
- g. Mual dan muntah merupakan peristiwa yang sering terjadi
No comments:
Post a Comment